Me

Me

UNIVERSITAS GUNADARMA

UNIVERSITAS GUNADARMA

Pages

RSS

Welcome to my Blog
Hope you enjoy reading.

Senin, 21 November 2011

TULISAN 2

1. Paper tentang Teh Poci

Tegal, kota yang posisi geografisnya di dataran rendah, sebenarnya tidak memiliki perkebunan teh. Namun, tradisi minum teh di daerah ini sangat kental dibandingkan dengan di kota lain yang juga berada di pesisir utara Jawa Tengah.
Antropolog dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Pande Made Kutanegara, mengatakan, jauh sebelum tanaman teh datang ke Indonesia sekitar abad ke-17, Tegal sudah memiliki budaya minum teh yang berakar dari China.
Pada masa lalu, daerah pantai utara Jawa Tengah, termasuk Tegal, merupakan jalur perdagangan yang ramai karena Tegal memiliki pelabuhan besar. Sebelum ada tanaman teh di Indonesia, teh yang dikonsumsi di Tegal didatangkan langsung dari China.
Belanda yang membawa masuk tanaman teh ke Indonesia kemudian menetapkan sistem tanam paksa dan salah satu komoditasnya adalah teh. Produk teh yang berkualitas sebagian besar diekspor ke Belanda dan Eropa, sementara teh sisa yang mutunya rendah diambil oleh para pekerja pribumi.
”Kondisi itu membentuk selera konsumsi orang Tegal terhadap teh. Sampai sekarang mereka terbiasa minum teh yang sepet dan pekat,” kata Pande, yang pernah melakukan penelitian tentang teh. Rasa sepet itu, menurut Pande, berasal dari batang teh yang ikut digiling bersama daun teh sehingga menghasilkan teh berkualitas rendah. Dalam perkembangannya, teh di Tegal kemudian diolah dengan aroma bunga melati agar lebih enak dinikmati.
Sejarah boleh membentuk selera. Yang jelas, selera terhadap cita rasa teh yang agak sepet itu justru membuka peluang bagi pengusaha untuk membuka pabrik teh di Tegal. Sekarang ini di Tegal ada empat pabrik teh besar yang menguasai pasar dalam negeri, yaitu teh 2 Tang, Teh Poci, Teh Tong Tji, dan Teh Gopek. Keempat pabrik teh itu berdiri hampir bersamaan, yaitu sekitar tahun 1940-an.
Kehadiran empat pabrik teh di Tegal, menurut Eko Handoko (34), generasi ketiga pemilik teh 2 Tang, karena posisi Tegal dekat dengan Pekalongan yang menjadi daerah perkebunan melati. Sebagian besar teh yang diproses di Tegal adalah teh beraroma bunga melati. Di wilayah Tegal sendiri sekarang sudah ada perkebunan bunga melati yang dikelola oleh masyarakat, yaitu di Desa Suradadi dan Sidoharjo.
Citra Tegal sebagai kota teh dimanfaatkan oleh keempat pabrik teh tersebut untuk berebut memasang logo pabrik mereka di setiap rumah makan. Sepanjang pengamatan, tidak ada warung makan yang tidak memasang logo teh 2 Tang, Teh Poci, Teh Tong Tji, atau Teh Gopek di warungnya.
Bagi orang Tegal, teh bukan sekedar bahan baku untuk membuat minuman, melainkan juga memiliki fungsi lain, salah satunya adalah sebagai cendera mata. Ketika seseorang menggelar hajatan, bubuk teh dalam kemasan kecil, yaitu sebesar kotak korek api, dibagikan kepada tamu sebagai kenang-kenangan. Itulah bentuk cinta orang Tegal terhadap teh.
Teh Poci yang memiliki ciri khas dalam minuman dengan berbagai varian rasa serta modal yang kecil untuk membuka usaha dalam berwaralaba menyebabkan timbulnya beberapa aspek seperi dampak Teh Poci terhadap waralaba lain. Penjualan Teh Poci yang dari segi biaya terjangkau dapat dinikmati semua kalangan merupakan salah satu faktor Teh Poci dapat menjadi waralaba yang semakin baik dan meningkat dalam bidang penjualan tidak hanya dari segi dan dampak tetapi perjanjian yang dibuat oleh para pihak berasaskan kebebasan berkontrak membuat para pihak yang menjalankannya, Harus menjalankan segala kewajiban dan hak sebagai Produsen dan Konsumen.

Terdapat Ketentuan-ketentuan Peraturan yang memiliki hubungaan dengan franchise adalah: Pasal 1338 KUHPerdata dan Pasal 1320 KUHPerdata, Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 Tentang Waralaba, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 259/ MPP/ Kep/ 7/ 1997 Tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Usaha Waralaba, Keputusan Menteri Perdagangan Nomor: 376/ Kep/XI/ 1998 Tetang Kegiatan Perdagangan, Undang- Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rasia Dagang, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.

2. Keuntungan dari usaha frinchise The Poci

Bila kita perhatikan, saat ini bisnis es teh atau Franchise Teh tampaknya laris manis. Kita dengan sangat mudah bisa menemui penjual teh segar seperti di mal, supermarket, pasar tradisional, maupun kantin sekolah.
Dalam kenyataannya, bisnis franchise teh ini memang sangat menjanjikan, karena modal yang dibutuhkan tidak terlalu banyak serta pasar yang terbuka luas. Bayangkan, rasanya tidak ada yang tidak bisa menikmati teh atau es teh. Banyak yang memilih membeli waralaba atau franchise teh dengan pabrikan teh yang bermerek terkenal.
Dengan membeli waralaba franchise teh, kita menginvestasikan beberapa juta kemudian kita akan mendapat peralatan lengkap, termasuk gerobak yang diberi sentuhan modern. Bahan baku tetap terjamin keberlangsungannya.
Paket usaha franchise teh ini relatif murah karena sebenarnya pemilik merek mendapat keuntungan jangka panjang dari konsumen yang mencoba tehnya dan menjadi konsumen yang loyal dengan menyediakan teh jenis yang sama di rumahnya.
Jadi, dengan kata lain sebenarnya mereka ingin berpromosi dengan cara yang murah dan menguntungkan. Meski sama-sama menjual teh siap saji dalam kemasan gelas yang berisi 340 ml, antara satu merek dan lainnya tetap memiliki perbedaan. Keunikan itu bisa dari soal rasa seperti memiliki aroma teh murni, vanila, melati, lemon sampai ke bentuk dan bahan gelasnya. Umumnya harga jualnya dari Rp 2.500,00 sampai dengan Rp 4.000,00 per gelas, tergantung aroma dan jenis rasanya. Biasanya untuk satu gerobak bisa kembali modalnya dalam satu bulan dengan rata-rata penjualan 150 gelas per hari
Tag line “Teh Siap Saji tanpa Bahan Pengawet” tampaknya menjadi kekuatan pemacu penjualan teh kemasan franchise teh yang diracik di tempat, atau istilah kerennya adalah fresh brew. Minuman teh ini dikemas dalam gelas plastik, umumnya hanya bertahan selama 12 jam sehingga minuman yang tidak terjual harus dibuang karena akan menjadi basi. Kandungan tehnya yang lebih banyak 50% daripada minuman teh botol atau teh kotak juga menjadi pertimbangan konsumen dalam negeri yang terbiasa minum teh.
Model kemasan yang lebih praktis memungkinkan konsumen tak harus mengonsumsi di tempat, karena tidak perlu mengembalikan botol setelah isinya diminum. Mengonsumsi sembari berjalan pun bisa.
Bisnis franchise teh memang sangat menjanjikan karena keuntungannya bisa mencapai 100% untuk penjualan setiap gelasnya. Teh per gelas dijual Rp 2.500,00, padahal modal untuk meracik teh Rp 1.200,00 dengan perincian untuk membeli gelas Rp 600,00, sisanya untuk pengadaan gula, teh, es, dan sedotan. Untuk pedagangnya, pemilik gerobak biasanya mempekerjakan dua orang yang bergantian menjaga untuk melakukan penjualan mulai pukul 10.00 hingga pukul 20.00, sesuai dengan jadwal beroperasi pusat belanja.
Bisnis relatif ringan dan mudah karena kebutuhan modal relatif kecil, yakni berkisar Rp 5 juta. Teknik penyajiannya juga mudah. Tinggal diseduh dan disaring serta hasilnya dimasukkan dalam satu wadah. Ketika konsumen membeli, teh tinggal ditambahkan dengan es. Namun, tantangan terberat dalam bisnis ini adalah mendapatkan lokasi yang tepat untuk berdagang. Kita harus jeli melihat celah tempat berdagang yang paling strategis.
Bila saat ini banyak yang berdagang di pusat perbelanjaan, sebenarnya kita tidak harus membuka di sana. Terpenting adalah kita mendapatkan tempat di mana banyak orang lalu-lalang dan bersedia meluangkan waktu sebentar untuk membeli minuman es teh. Bila ingin lebih memiliki keleluasaan dalam menekan modal maupun menambah keuntungan, kita bisa meracik teh sendiri dan memberikan merek sendiri. Dalam hal ini diperlukan penelitian yang kuat dengan mencoba sendiri berbagai macam ramuan jenis teh sampai kita mendapatkan rasa yang diyakini dapat memuaskan sebagian besar calon pelanggan kita.

3. Dampak positif dan negatif dari perusahaan bagi perkembangan ekonomi di Indonesia


Dampak yang ditimbulkan dari waralaba bermacam-macam, namun yang pasti dampak yang muncul yaitu dampak positif & dampak negatif. Dampak positifnya masyarakat lebih dipermudah untuk berbelanja segala keperluannya dengan harga yang terjangkau dengan jarak yang dekat & bisa menambah lowongan pekerjaan baru bagi wagra sekitar. Namun dampak negatifnya banyak para pedagang kecil yang "gulung tikar" karena usahanya tidak laku akibat dari kalah bersaing dengan perusahaan waralaba tersebut. Namun demikian semua hal itu kembalikan pada diri kita masing-masing, karena pada akhirnya hanya mereka yang "berkantong tebal" yang bisa memenangkan kasus ini & masyarakat yang lemah akan selalu menjadi korbannya.

SUMBER :
-http://tegalkota.go.id/index.php/component/content/article/18-sejarah-tegal/89-sejarah-teh-poci.html
-http://eiriyaheni.blogspot.com/2011/03/dampak-dari-menajmurnya-perusahaan.html

0 komentar:

Posting Komentar